Dunia memang unik dan penuh misteri, tak pernah terpikirkan sebelumnya dari seorang santri kampung yang sehari-harinya hanya mengaji dan nyantri; semenjak usia belia (saat masih suka bermain kelereng dan petak umpet Bersama teman-teman seusianya)—sudah dikirim ke Pesantren Al-Maram, Menduran, Brati (1987-1993), kemudian ke Pesantren Mamba’ul A’la Purwadadi (1987-1990). Pada tahun 1993, melanjutkan sekolah di MAN Purwadadi. Kemudian pada tahun 1995 memasuki dan diterima sebagai mahasiswa kampus yang terkenal dengan sebutan Kampus Hijau. Sampai akhirnya bisa mengabdi, sebagai dosen, pada almamater yang sama sampai sekarang. Pernah mengikuti pembibitan dosen PTKIN di Yogyakarta, Juni-September, 2003, dan melanjutkan program pascasarajana di UNY, tahun 2014 (mendapat penghargaan sebagai lulusan terbaik).
Alhamdulillah atas karunia Allah dan petunjuk-Nya pada tahun 1995 saya bisa diterima, memasuki, dan menjalani proses pendidikan di kampus yang bervisi “Universitas Islam Riset Terdepan Berbasis pada Kesatuan Ilmu Pengetahuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban”. Bisa dikatakan IAIN Walisongo (sekarang UIN Walisongo) merupakan kawah condrodimuko buat saya yang telah memberikan banyak pengalaman dan penyadaran akan pentingnya menjadi manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur.
Terutama UIN Walisongo yang mempunyai motto sebagai “Kampus Kemanusian dan Peradaban” benar-benar mendesain lulusanya “It’s more than a degree”. Sungguh di Kampus Hijau ini, telah mempersiapkan mahasiswanya menjadi lulusan yang tidak sekedar lulus dan menggondol gelar akademik, melainkan menjadi pribadi-pribadi/insan akademik yang tidak hanya sekedar “pintar” secara logika, tetapi memiliki spiritualitas tinggi, kepekaan dan kepedulian terhadap realitas masyarakat disekelilingnya.
Praktik pendidikan yang diterapkan UIN Walisongo, telah berusaha menggunakan pendekatan cermat dengan suatu orientasi membuat universitas yang lebih baik dan dapat dipercaya/menjadi kebanggaan masyarakat. Dari prespektif tujuan dan kurikulum yang didesain telah mempersiapkan para peserta didiknya berfikir kritis, objektif dan berkontribusi positif serta mempunyai self esteam untuk membangun bangsa dan negaranya.
Dapat dikatakan, UIN sebenarnya lebih memandang proses (by cost) daripada hanya sekedar hasil (the result of teaching and learning). Hal ini bisa dibuktikan dari mahasiswa masuk telah dipersiapkan sebuah lingkungan pendidikan yang menerapkan inkulturisasi secara total terhadap mahasiswanya dan sebuah sistem pendidikan yang sungguh telah mendisiplinkan semua mahasiswa serta menyediakan pembiasaan yang dapat dijadikan sarana pembelajaran, sehingga faktor imitasi, uswah hasanah dapat terwujud.
Masih terekam dengan jelas, sejak saat kaki ini memasuki gerbang di Kampus Hijau hingga sekarang. Saya bisa bertemu dan menyaksikan para pegawai yang ramah, hangat dan selalu tersenyum melayani semua kepentingan mahasiswa. Para mahasiswa pun wajib mengikuti proses perkuliahan dan semua wajib mengambil mata kuliah yang telah ditentukan serta mengerjakan berbagai tugas tambahan dari dosen masing-masing. Para dosen dan Professor, tampak tidak sekedar mentransmisikan segudang teori/ilmu kepada kita. Melainkan, mereka telah menjadi seorang pendamping dan modeling bagi para mahasiswa.
Selain itu, UIN Walisongo juga telah mengimplementasikan konsep pendidikan sebagai proses humanisasi dan bernuansa multikultural, karena menerima mahasiswa yang beragam dari luar/dalam negeri. Bahkan saya juga pernah diajar seorang dosen Bahasa Arab dari Mesir (Syekh Muhammad Sa’ban). Sungguh kondisi seperti ini, mampu menginspirasi dan menumbuhkan keingintahuan para mahasiswa, memungkinkan mereka mendialogkan berbagai kebudayaan antara satu kepada yang lain serta merumuskan nilai-nilai apa yang seharusnya dikembangkan, dipertahankan dan sekaligus diimplementasikan di lingkungan/di luar universitas. Sebuah praktik pendidikan yang tidak sekedar mendiskursuskan pentingnya multikulturalisme, melainkan telah merayakannya pada tataran implemantatif.
Kondisi seperti itu didukung oleh proses belajar mengajar yang telah mendorong para civitas akademiknya, terutama mahasiswa untuk melakukan penelitian yang berkontribusi secara teoritis sekaligus praktis, dengan upaya reinventing nilai-nilai lokal. Sehingga memungkinkan mengembalikan praktik pendidikan, yang selama ini berjarak dengan masyarakat, dapat berhadapan dan berpijak pada kepentingan masyarakatnya itu sendiri. Harapannya dengan kesadaran mahasiswa mengerti modal sosial dan kultural yang dimiliki masyarakat, mereka dapat menjadi bagian penting dalam pertumbuhan dan pembangunan masyarakat mereka (back to basic). Langkah seperti ini, menemukan makna pentingnya untuk segera mengembalikan potret pendidikan kita yang cenderung kebarat-baratan dan meninggalkan tradisi dan karakter lokal dan telah secara nyata ikut menggeser pola pikir dan budaya bangsa Indonesia dari masyarakat agamis-religius menjadi masyarakat yang pragmatis dan konsumtif.
Rihlah Ilmiah Ke Luar Negeri
Sejak menjadi Mahasiswa hingga menjadi dosen, alhamdulillah saya selalu aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah. Saya aktif di berbagai organisasi; baik intra atau ekstra kampus. Selain pernah menjadi Ketua HMJ PBA di Fakultas Tarbiyah (sekarang FITK), saya juga aktif di PMII Rayon Tarbiyah. Semenjak menjadi dosen pun saya selalu melakukan riset dan publikasi ilmiah. Berusaha mengikuti berbagai kegiatan ilmiah baik yang diselenggarakan di dalam atau luar negeri.
Saya pernah memperoleh kesempatan mengikuti Summer Studies di Tammasat University Bangkok, pada tahun 2014 (Program dari The German Academic Exchange Service (DAAD). Mengikuti Internship Luar Negeri untuk Akselerasi Jurnal Walisongo Menuju Jurnal Internasional Bereputasi (terindeks Scopus) di IESEAS Sojourn Journal Singapura, 2017. Mengikuti Workshop Research Collaboration and International Publication, Universiti Utara Malaysia (UUM), 1-5 July, 2018. Mengikuti Professor Acceleration Program, di Universiti Putra Malaysia (UPM) Serdang Selangor Malaysia, 23 September-6 Oktober, 2018. Mengikuti Manajemen on Research and Journal Writing di Pittburgh U.S.A, 3-17 Oktober, 2014.
Untuk Program worskhsop on research management and international journal writing di Pithtburg University Amerika saya pergi bersama 14 Dosen Walisongo. Program ini merupakan program lanjutan dari program-program yang didesain LP2M, untuk mendongkrak mutu dan kompetensi tenaga kependidikan dalam dunia penelitian dan penulisan jurnal, terutama dengan menciptakan international environment di Walisongo. Harapanya, mereka secara pribadi mempunyai pengalaman dan bekal serta termotivasi bagaimana bisa membuat penulisan penelitian dan jurnal berstandar international serta bisa menularkan berbagai pengalaman dan ilmu yang telah diperolehnya kepada civitas akademik di Walisongo, setibanya di tanah air.
Proses semacam itu, sekarang telah menjadi kebutuhan mendesak dalam kerangka menjawab sertifikasi dan akreditasi yang ditetapkan pemerintah Indonesia sekaligus harapan menuju research university bisa terealisasi. Oleh sebab itu, tema program tahun itu adalah “Workshorp on research management and international journal writing”. Pithtburg University Amerika menjadi tujuan, karena di universtas ini telah terjalin komunitas di bidang jurnal internasional dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia dengan sebutan Pittburgh Consorsium dan terkenal menjadi salah satu universitas terkemuka dalam bidang/studi terkait.
Sengaja sebelum para peserta diberangkatan ke Pittburgh University Amerika, LP2M menyelenggarakan Predeparture di Hotel C-3 Ungaran yang dihadiri oleh Rektor (saat itu sebagai rektor Prof. Dr. Muhibbin, MAg)—untuk memberi pengarahan dan peningkatan wawasan oleh wakil Rektor I. Tidak hanya itu, para peserta juga mempresentasikan proposal dan artikel jurnal dengan mendatangkan reviewer bapak Abu Hafsin, Ph.D untuk memberi penguatan dibidang penulisan proposal/artikel jurnal international.
The Trip to Pittburgh University
Perjalanan/kunjungan ke Pithtburgh University Amerika ditempuh selama hampir 24 jam. Penerbangan dari Bandara Ahmad Yani Semarang, 13 Orang dengan Pesawat Garuda pukul 19. 30 WIB sampai Bandara Soekarno Hatta jam 20. 45 WIB sementara 1 orang (saya), berangkat dari Yogyakarta 20. 25 WIB dan tiba di Jakarta jam 21. 45 WIB. Setelah rombongan ini bertemu dan berkumpul di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, melakukan CheckIn/boarding pass di Terminal 3 pada pukul 01.45 WIB dan terbang dengan pesawat Etihad Airways menuju Abu Dabi pukul 06.45. Kemudian dari Bandara International Abu Dabi menuju Chicago Ohare, ditempuh selama 6 jam, dari pukul 09.45-15.25. Perjalan ini, kemudian dilanjutkan dari Chicago menuju Pittsburgh, dengan pesawat American Airlines, dari pukul 16.15- 21. 35 PM.
Setelah sampai di Pittsburgh yang berada di daerah The Country of Allegheny dan hal ini sebagaimana tulisan selamat datang yang terpampang di Bandara International Pittburgh: Welcome Conventions and Visitors Pittburgh International Airport. Semua rombongan merasa yakin dan bahagia bahwa mereka telah tiba dan sampai di Negara yang dituju. Suasana semakin menjadi hangat dan canda tawa penuh keakraban setelah bertemu W. James Jacob, Ph. D., bersama Istri dan para mahasiswanya yang sengaja meluangkan waktu untuk menyambut kedatangan rombongan dari Walisongo Semarang. Dengan naik Vans semua rombongan diantar menuju Resident Inn Marriot, sebuah penginapan yang terletak disekitar kampus Pittburgh dan berjarak kurang lebih 20 menit dengan jalan kaki.
Program tersebut, berlangsung selama 10 hari ditambah 4 hari dengan perjalannya, jadi berjumlah 14 hari. Hari pertama, memang dipergunakan untuk istirahat sekaligus mempersiapkan mencari kebutuhan sehari-hari yang diperlukan. Pada hari kedua, semua rombongan diajak mengelilingi kampus Pittburgh University dan dilakukan semacam orientasi kampus/Pitt CampusTour; 1) berkunjung ke Falk School (labschool dari universitas Pittburgh). Sebuah sekolah otonom dan swasta yang menerapkan strategi active learning berbasis eksperimentasi. Dari sekolah ini, dimungkinkan bisa melahirkan berbagai teori-teori pendidikan yang praktis dan berkontribusi bagi pengembangan ilmu pendidikan, 2) berkunjung ke Hilman Library, sebuah perpustakaan di Faculty Librarian yang menerapkan sistem perpustakaan yang diakui telah berkontrubusi bagi pengembangan di bidang ilmu perpustakaan, 3) berkunjung ke Gereja Catedral (Cathedral of Learn) yang difungsikan sebagai tempat perkuliahan undergraduate, dan 4) mengunjungi Carnegie Museum of Natural History.
Selain hal tersebut pada hari berikutnya, semua peserta diharuskan mengikuti program khusus yang telah dipersiapkan untuk meningkatkan kapasitas mereka di bidang penelitian dan menulis jurnal international. Tidak hanya ditenkankan pada aspek teoritis saja, melainkan juga praktis dan dituntut bisa menghasilkan sebuah tulisan jurnal yang siap dipublikasikan ke jurnal international. Sebuah program yang dirancang secara serius dan benar-benar professional dan ditangani oleh orang-orang yang ahli dibidangnya. Lebih-lebih pelaksanaannya berada di Pittburgh University, sebuah universitas dengan semboyan leader in education, pioneer in research, dan partner regional department.
Program pertama kali ke negeri paman sam yang diselenggarakan LP2M UIN Walisongo dan berakhir pada tanggal 14 Oktober 2014 saat itu, diyakini para peserta telah mampu mengetahui secara detail seluk-beluk dunia penelitian dan jurnal international. Lebih-lebih, proposal penelitian dan artikel jurnal penelitian yang telah direviewe oleh ahli sebelum datang ke Amerika, juga direviewe oleh para ahli dari Pittburgh University, sekaligus harus dipresentasikan di depan peserta secara satu persatu, mendatangkan kenikmatan dan pengalaman yang mendalam bagi para peserta. Semoga Bermanfaat dan Selamat Hari Santri!
*Penulis adalah Guru Besar UIN Walisongo
0 Comments