Perempuan Mandiri dan Penuh Inspirasi

 



Jika para pegiat gender sering menyuarakan hak dan kewajiban setiap individu. Memperjuangkan emansipasi perempuan; kesetaraan, dan kesempatan yang setara antara kaum hawa dengan kaum Adam.

Maka, bisa dikatakan sosok Ibuk (bernama lengkap HJ. Sumiyatun Binti Ngarijan)—sering memberikan wejangan, tauladan nyata (role model), dan best practice pada anak-anaknya tanpa banyak teori.

Karena baginya, antara laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling menyempurnakan antara satu dengan yang lain. Baik laki-laki dan perempuan untuk saling menghormati.

Punya kesempatan dan peluang yang sama dalam mencari ilmu (gawok marang ngaji lan sekolah). Serta dalam mencari peluang dan kesempatan dalam bekerja.

Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Ibuk senantiasa menekankan anak-anaknya sekolah.  Menerapkan konsep pendidikan sepanjang hayat; minal mahdi ila al-lahdzi.

Pintu pendidikan sangat terbuka lebar buat sang buah hati. Meskipun harus pergi meninggalkan rumah sekalipun. Anak laki-laki dan perempuan diberi kesempatan sama untuk mencari pengalaman melancong atau pergi ke luar negeri.

Ibuk sangat percaya bahwa: “Agama menentukan jalan yang harus dilalui manusia. Ilmu pengetahuan mempercepat pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, tak henti-hentinya beliau suka menasihati; “Dadi wong kudu temen ngluru ilmu. Wis manut poro Guru/kiyai, insyallah mulyo!Semua anak cucunya semenjak kecil disuport untuk belajar. Bahkan dititipkan ke pondok pesantren dan sekolah umum. Memberikan akses pendidikan yang layak, baik dan equal bagi putra putrinya.


 

Masa perjuangan

Mengingat pada awal pernikahan, berangkat dari cinta tulus kepada bapak, ibuk sudah harus hidup belajar mandiri. Berjuang dan penuh pengabdian dengan sabar, kuat, dan penuh keikhlasan.

Bersuami bapak yang notabene hanya berstatus guru agama tanpa gaji tetap. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Ibuk sepenuh hati menjalani kehidupan penuh kesederhanaan. Sering puasa dan topo broto.

Semua lika liku kehidupan; dihadapi Ibuk dengan tawakal dan senang hati (bersyukur). Kondisi ini menjadi pendorong kuat hidup penuh semangat dan penuh kegembiraan.

Apapun kondisinya perlu disikapi dengan pemikiran positif. Sehingga akan mudah menimbulkan kegairahan berdzikir dan mengingat semua nikmat dari-Nya. Serta senantiasa berpegang pada tauhid.

Seolah-olah Ibuk berpegangan wasiat Imām Al-Fakhr-ur Rāziy dalam kitab At-Tafsīr al-Kabīr yang berkata:

 "Hati orang mukmin itu bahagia sebab nur ma'rifat kepada Allāh Ta'ālā. Padahal ketika hati itu dipenuhi oleh ma'rifat kepada Allāh, maka ia tak akan muat lagi diisi oleh berbagai kesusahan yang diakibatkan oleh keadaan dunia.

Sedangkan hati orang yang bodoh (tentang Allāh), itu sepi dari ma'rifat kepada Allāh Ta'ālā. Sehingga pasti akan dipenuhi dengan kesusahan-kesusahan yang diakibatkan oleh cobaan-cobaan duniawi."

Bekal nyantri dan tawadhu’ dengan ajaran para kiai yang diugemi; ibuk justru mudah bersikap legowo dan istiqamah dalam berjuang bersama bapak. Bahkan membeckup atau penyokong keperluannya untuk khidmah mengajar ngaji   di madrasah, masjid dan mushola dari satu desa ke desa lain (spt Nglarik dan Kalongan).

Ibuk sering bercerita perjuangan bapak sambil mengenang memori yang tak terlupakan; “Bapakmu iku yen ape mulang sering njaluk sangu kanggo tuku kapur”. Sambil tersenyum lepas.

Bahkan untuk memenuhi kecukupan ekonomi dalam keluarga juga tak mau ketinggalan; Ibuk dengan penuh kreativitas sering membuka usaha seperti berjualan pakaian,  sembakau di Pasar Purwadadi dan di rumah pun membuka agen distributor bawang, beras, dan lain-lain.

Ide-ide berbisnis dari satu pasar ke pasar, mulai membuahkan hasil. Kadang berpenghasilan kecil hingga beromzet besar sudah beliau lalui dan rasakan.

Semua diniatkan semata untuk mencari ridha Allah dan “nggolek sangune ngibadah, menurut pengakuannya. Bahkan sampai meninggalkan jejak-jejak bisnis berupa kios di pasar tradisional Purwadadi hingga ruko di Kalimantan hingga sekarang.

 


Pemberdayaan Perempuan

Setelah modal terkumpul, pernah terbersit menolong masyarakat sekitar yang motabene hidup dalam suasana pedesaan dan banyak masyarakat yang mencari ekonomi dengan mengandalkan pekerjaan di sawah, dan kadang mbecak dan kusir andong/dokar.

Maka ibuk berinisiasi membuka semacam UMKM (sebuah istilah yang populer saat ini); seperti konveksi agar bisa membantu masyarakat terutama kaum perempun. Agar bisa terampil, berdikari dan melatih mereka dengan membuat pakaian yang bisa didistribusikan ke pasar. Pernah juga membuka pabrik krupuk.

Hidup penuh kemandirian, bisnis, dan bekerja berdasarkan passion; kerja ulet dan ikhlas seperti itu, secara tidak langsung juga mengajarkan pada anak-anaknya semenjak dini.

Lebih-lebih Ibuk sering menasihati; “Wis kowe dadi opo wae kudu mandiri, nerimo, ojo isinan, ojo gumunan dan jangan pernah tergantung sama orang lain. Wajar sebagian besar anak-anaknya banyak yang masuk dalam sentra-sentra bisnis.

Didikan keras dan berkarakter namun penuh kelembutan adalah ciri dan model yang diterapkan untuk menggembeleng seluruh anaknya yang berjumlah enam. Penuh kasih sayang. Tanpa diskriminasi.

Meskipun hanya tamatan SD/Madrasah; sepertinya Ibuk telah menerapkan teori Becky A. Bailey; “Easy to Love, Difficult to Discipline”. Jika anaknya bermain tanpa mengenal waktu dan meninggalkan shalat, sudah pasti memperoleh tanda kasih sayang berupa “ciwelan dan jeweran.

 

Ngaji, Ngibadah, dan Berdo’a

Perintah untuk ngaji dan ngibadah sebagai bentuk pendisiplinan kepada anak-anak selalu mewarnai dalam kehidupan sehari-hari.

Jika anak-anaknya pamit bepergian atau sekedar bermain; Ibuk selalu berwasiat untuk menjalankan shalat lima waktu; “ojo sampai ninggal shalat lan dongo yo!

Sebagaimana pesan Ki Ageng Getas Pendhowo yang berpesan pada Ki Ageng Selo “Jangan berhenti melakukan sembahyang (shalat). Baik siang maupun malam. “Persembahkan hatimu di hadapan Ilahi.

 

Kejujuran dan Welas Asih

Ibuk sangat mendidik kejujuran dan sikap welas asih pada anak-anaknya. Kejujuran dan welas asih baginya sesuatu yang sangat fundamental dan berdampak serius bagi kehidupan. “Ojo pisan-pisan wani ngapusi! Ojo gawe susah ing liyan (jangan membuat susah orang lain).

Seolah-olah merealisasikan inti ajaran penuh makna; “In ahsantum ahsanntum lianfusikum wa in asa’tum falaha” (Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat keburukan berarti keburukan itu bagi dirimu sendiri…). (QS. Al-Isra:7)). Respect yourself, the other will respect you! (Rumi).

Sementara seorang penyair Ahmad Syauqi berkata; “pemberani sejati itu adalah mereka yang menghindari bahaya, sementara orang yang berani berbuat jahat adalah seorang pengecut.

إِنَّ الشُجاعَ هُوَ الجَبانُ عَنِ الأَذى

وَأَرى الجَريءَ عَلى الشُرورِ جَبانا

‎( أحمد شوقي)

Tak henti-hentinya, beliau menganjurkan pada anak cucunya berperilaku jujur, hidup penuh welas asih pada sesama dan tanggung jawab. Selalu wanti-wanti; jangan sampai anak cucunya terjebak mencari rejeki dengan cara ngapusi apalagi korupsi.

Mencari rejeki halal dan barakah meskipun melalui pekerjaan yang tidak mentereng atau hina dimata manusia (wa man aqama nafsahu maqama dzullin fi thalabi al-halal); maka akan menggugurkan dosa-dosa sebagaimana gugurnya dedaunan (Ihya Ulumiddin 2/91).

 Ibuk senantiasa menerapkan ajaran para kiai dalam hal menjaga karakter bahwa; “jika seseorang tidak mengotori dirinya dengan hal-hal tercela, maka semua pakaian yang ia pakai akan terlihat indah.

Laku lampah ibuk berusaha menerapkan “ngelmu pari, tansaya isi tansaya tumungkul.

Semakin berumur, samakin tawadhu’ dan menunduk. Suka ngalah, ngalih, lan nyawiji; agar tetap menjaga persaudaraan dan persahabatan kepada siapapun.

Masih terngiang-ngiang gemblengan beliau tentang kehidupan agar selalu menjaga amanah; “Persoalan rejeki kuwi wis ono sing ngatur, ojo sampai wedi kaliren. Ojo seneng tukar padu!

Hal tersebut sungguh sangat relefan dengan sebuah pepatah Arab yang berbunyi: ”La takhsya dunyaka innallaha kafiluha (Jangan khawatir soal duniamu, karena Allah yg telah menjaminnya).

Begitu juga dengan sebuah ayat Al-Qur’an yang  artinya:

 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Al Anfal ayat 27).

 

Rajin bersedekah

Menariknya ibuk di samping pekerja keras, gigih, senantiasa gemar berderma dan bersedekah. Sangat memuliakan ulama dan kiai. Senang membantu pada semua orang yang sangat membutuhkan.

Melalui suara khasnya sering mengutip sebuah hadist; “Khairu al-nas anfa’uhum li al-nas”. (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia). (HR. Ahmad).

Tak lupa sering minta pendapat anak-anaknya bagaimana untuk membantu dan mentasharrufkan hartanya untuk pembangunan madrasah, masjid dan pesantren. Secara diam-diam, sering memberi bantuan dalam bentuk material, semen, dan uang. Kadang juga membelikan tanah.

Setelah menunaikan kewajiban ibadah haji bersama bapak. Semua anak-anak pun sangat disuport dan dibantu untuk segera ziarah ke Mekkah Madinah. Sekaligus berkeinginan kuat untuk senantiasa bisa ditemani anak-anaknya menunaikan Umrah dan mengunjungi makam Rasul. Masyaallah!

Hampir tak pernah lupa. Setiap tahun pun, setelah tiba masa haul; memerintahkan anak-anaknya mencatat semua usaha yang digeluti. Untuk dihitung dan segera menunaikan kewajiban berzakat serta diberikan pada yang berhak. Alhamdulilllah. Sangat teliti dan berhati-hati dengan persoalan harta dan kewajiban berzakat.

Semoga apa yang telah dilakukan dan diusahakan selama hidup tercatat sebagai amal ibadah dan memperoleh ridha-Nya. Senantiasa menjadi pelajaran, inspirasi dan pepeling bagi keturunannya.

Sebagai manusia biasa, Ibuk tentu tak luput dari salah dan khilaf, “She also make mistakes. Oleh sebab itu, sebagai perwakilan keluarga kami dengan tulus sangat memohon keikhlasan kepada sanak keluarga, tetangga dan masyarakat. Agar mau memaafkan segala kesalahannya; baik yang disengaja maupun tidak.

Mungkin jika selama ini ada kesalahan dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku selama berinteraksi dengan tetangga atau masyarakat. Terutama yang menyangkut hak-hak adami. Sekali lagi mohon bisa diikhlaskan dan dimaafkan. Maturnuwun!

 

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ. Amin.


Keluarga Besar juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kepala BNPT (Komjen. Pol Eddy Hartono beserta jajaran dan Ketua FKPT Se-Indonesia)

2. Ketua MUI Kota Semarang (Prof. Dr. Erfan Soebahar, M. Ag)

4. Segenap Pimpinan dan Keluarga Besar UIN Walisongo

5. Keluarga Besar FITK UIN Walisongo

6. Keluarga Besar FPK UIN Walisongo

7. Keluarga Besar IKA PMII UIN Walisongo

8. Pengurus ISNU Kota Semarang

9. Keluarga Besar FKPT Jateng

10. Keluarga Besar PAC GP Ansor Satkoryon Banser Mijen

11. Keluarga Besar Da'i Kamtibmas Polrestabes

12. Keluarga Besar MWC NU Mijen

13. Keluarga Besar DMI Mijen

14. IKA PMII Grobogan (Ketua Mustaín, S. Ag & Sekretaris Mansata Indah Maratona, M. S.I)

15. Kasi Bimas Kemenag Purwadadi

16. Dan lain-lain    


Post a Comment

0 Comments